NAMA :
HIRAS LUMBANNAHOR
NPM :19210707
KELAS :3EA18
PERNALARAN
DEDUKTIF
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Jenis pernalaran deduksi dibagi kedalam beberapa proses silogisme. Untuk
memudahkan proses pernalaran deduktif dengan silogismenya ini dipergunakan
lingkaran Euler. Di sini akan dijelaskan mengenai posisi subjek dan predikat
pada sebuah pernyataan, di mana subjek diwakilkan dengan warga Indonesia (W)
dan predikat diwakilkan dengan ramah (R).
pernaralan deduktif bertolak dari
sebuah konklusi atau simpulan yang diddapat dari satu atau lebih pernyataan
yang lebih umum. Simpulan yang di peroleh tidak mungkin lebih umum dari pada
proposisi tempat menarik simpulan itu.Prosisi tempat menarik simpulan itu
disebut premis.
Penarikan simpulan dalam pernalaran deduktif dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Penarikan Simpulan Langsung
Penarikan simpulan secara langsung adalah penarikan
simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu proposisi tempat menarik
simpulan.
· Semua S adalah P.
(premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua sepeda mempunyai roda. (premis)
Sebagian yang mempunyai roda adalah sepeda.
(simpulan)
- Semua S adalah P. (premis)
Tidak satupun S adalah tidak P. (simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun
pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
- Tidak satupun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tidak P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun macan adalah kangguru. (premis)
Semua macan adalah bukan kangguru.
(simpulan)
- Semua S adalah P. (premis)
Tidak satupun S adalah tidak P. (simpulan)
Tidak satupun tidak P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua ikan adalah berinsang. (premis)
Tidak satu pun ikan adalah tidak berinsang.
(simpulan)
Tidak satupun
yang tak berinsang adalah ikan. (simpulan)
2.
Penarikan Simpulan Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan
premis yang bersifat umum dan khusus.
Jenis pernalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Hipotesis
kondisional yaitu bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen.
Contoh:
- Premis Mayor: Tidak ada manusia yang abadi.
·
2. Entimem
·
Dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimem,
yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
·
·
·
Contoh:
·
Menipu
adalah dosa karena merugikan orang lain.
·
Kalimat
di atas dapat dipenggal menjadi dua.
·
a.
Menipu adalah dosa
·
b.
Karena (menipu) merugikan orang lain.
·
Kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat
khusus) maka silogisme dapat disusun:
·
Premis mayor : ?
·
Premis minor : Menipu merugikan orang lain.
·
Kesimpulan : Menipu adalah dosa
·
Dalam kalimat itu, yang dihilangkan adalah premis mayor. Perlu diingat
bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. Kita
dapat berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang
merugikan orang lain adalah dosa,jadi menipu adalah dosa.
·
Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita mencari
kesimpulannya. Kata-kata yang emnandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena
itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalu sudah, cari / tentukan premis
yang dihilangkan.
·
Contoh:
·
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses
fotosintesis.
·
Bentuk silogismenya adalah
·
Premis mayor: Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari.
·
Premis minor: Pada malam hari tidak ada matahari.
·
Kesimpulan : Jadi, pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
·
Sebaliknya, untuk mengubah silogisme menjadi entimem, cukup dengan
menghilangkan salah satu premisnya.
·
Contoh:
·
Premis mayor : Anak-anak berusia di atas sebelas tahun telah mapu
berpikir formal.
·
Premis minor : Siswa kelas 6 di Indonesia telah berusia lebih
dari sebelas tahun.
·
Kesimpulan : Siswa kelas 6 di Indonesia telah
mampu berpikir formal.
·
Entimem dengan penghilangan premis mayor:
·
Siswa kelas 6 di Indonesia telah berumur di atas sebelas tahun, jadi mereka
mampu berpikir formal.
·
Entimem dengan penghilangan premis minor:
·
Anak-anak yang berusia di atsa sebelas tahun telah mampu berpikir formal,
karena tiu siswa kelas 6 di Indonesia mampu berpikir formal.
Sumber : Judul : TEORI APRESIASI SASTRA
Pengarang : Dra.Sugihastuti,
M.S.
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar